Komentar Kenabian tentang Al-Qur'an (Tafsir Nabi (saw))

كتاب التفسير

Bab : Firman Allah: “...Yang kedua dari dua orang, ketika keduanya (Muhammad ﷺ dan Abu Bakar) berada di dalam sebuah gua, lalu Muhammad ﷺ berkata kepada temannya (Abu Bakar), 'Janganlah kamu bersedih (atau takut), sesungguhnya Allah beserta kita.'" (QS. At-Taubah: 40)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Mulaika

Ketika terjadi perselisihan antara Ibnu Az-Zubair dan Ibnu `Abbas, aku berkata (kepada Ibnu Abbas), "(Mengapa kamu tidak mengambil sumpah setia kepadanya karena) ayahnya adalah Az-Zubair, dan ibunya adalah Asma, dan bibinya adalah `Aisyah, dan kakek dari pihak ibu adalah Abu Bakar, dan neneknya adalah Shafiya?"

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Mulaika

Terjadilah perselisihan di antara mereka (yaitu Ibnu Abbas dan Ibnu Az-Zubair), maka aku pergi menemui Ibnu Abbas di pagi hari dan berkata (kepadanya), "Apakah engkau ingin memerangi Ibnu Zubair dan dengan demikian menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah (yaitu berperang di Mekkah?" Ibnu Abbas berkata, "Allah melarang! Allah telah menetapkan bahwa Ibnu Zubair dan Bani Umaiya akan mengizinkan (perang di Mekkah), tetapi demi Allah, aku tidak akan pernah menganggapnya halal." Ibnu Abbas menambahkan. "Orang-orang memintaku untuk bersumpah setia kepada Ibnu AzZubair. Aku berkata, 'Dia benar-benar berhak untuk memangku jabatan sebagai pengganti ayahnya, Az-Zubair adalah penolong Nabi, kakeknya (dari pihak ibu), Abu Bakar adalah sahabat (Nabi) di gua, ibunya, Asma' adalah 'Dhatun-Nitaq', bibinya, `Aisyah adalah ibu dari orang-orang yang beriman, bibinya dari pihak ayah, Khadijah adalah istri Nabi ( ﷺ ), dan bibi dari pihak ayah Nabi ( ﷺ ) adalah neneknya. Dia sendiri saleh dan suci dalam Islam, fasih dalam Pengetahuan Al-Qur'an. Demi Allah! (Sungguh, aku meninggalkan kerabatku, Bani Umaiya demi dia) mereka adalah kerabat dekatku, dan jika mereka harus menjadi penguasaku, mereka juga cenderung demikian dan berasal dari keluarga bangsawan.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Mulaika

Kami mendatangi Ibnu Abbas dan dia berkata, "Apakah kamu tidak heran dengan pengangkatan Ibnu Az-Zubair sebagai khalifah?" Aku berkata (dalam hati), "Aku akan mendukungnya dan membicarakan tentang sifat-sifat baiknya, sebagaimana yang tidak kulakukan bahkan untuk Abu Bakar dan Umar, meskipun mereka lebih berhak menerima semua kebaikan daripadanya." Aku berkata, "Dia (yaitu Ibnu Az-Zubair) adalah putra bibi Nabi ( ﷺ ) dan putra AzZubair, dan cucu Abu Bakar, putra saudara laki-laki Khadijah, dan putra saudara perempuan Aisyah." Meskipun demikian, dia menganggap dirinya lebih unggul dariku dan tidak ingin aku menjadi salah satu temannya. Jadi aku berkata, "Aku tidak pernah menyangka bahwa dia akan menolak tawaranku untuk mendukungnya, dan aku tidak berpikir dia bermaksud untuk berbuat baik kepadaku, oleh karena itu, jika sepupu-sepupuku mau tidak mau menjadi penguasaku, akan lebih baik bagiku untuk diperintah oleh mereka daripada oleh orang lain."

Bab : Pernyataan Allah "...dan untuk menarik hati orang-orang yang telah condong (kepada Islam); dan untuk membebaskan para tawanan..." (QS. 9:60)

Diriwayatkan oleh Abu Sa`id

Ada sesuatu yang dikirimkan kepada Nabi ( ﷺ ) lalu beliau membagikannya kepada empat orang dan berkata, “Aku ingin menarik hati mereka (kepada Islam).” Seorang laki-laki berkata (kepada Nabi ( ﷺ )), “Kamu belum berlaku adil.” Maka Nabi ( ﷺ ) bersabda, “Akan muncul dari keturunan (orang ini) beberapa kaum yang akan murtad.”

Bab : Firman Allah “Orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang bersedekah dengan sukarela…” (QS. At-Taubah: 79)

Diriwayatkan oleh Abu Mas`ud

Ketika kami diperintahkan untuk bersedekah, kami mulai bekerja sebagai kuli (untuk mendapatkan sesuatu yang dapat kami sedekahkan). Abu `Aqil datang dengan membawa setengah sha` (ukuran khusus untuk biji-bijian) dan orang lain membawa lebih banyak dari yang dibawanya. Maka orang-orang munafik berkata, "Allah tidak membutuhkan sedekah orang ini (yakni Abu `Aqil); dan orang ini tidak bersedekah melainkan karena riya." Kemudian Allah menurunkan wahyu:-- 'Orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang bersedekah dengan sukarela dan orang-orang yang tidak mampu bersedekah kecuali apa yang ada pada mereka.' (9.79)

Diceritakan Shaqiq

Abu Mas`ud Al-Anshari berkata, "Rasulullah ( ﷺ ) biasa memerintahkan kami untuk bersedekah. Maka salah seorang di antara kami berusaha keras untuk mendapatkan satu Mud (sejenis gandum, kurma, dan sebagainya) untuk disedekah, padahal hari ini salah seorang di antara kami memiliki seratus ribu Mud." Shaqiq berkata: Seolah-olah Abu Masud merujuk pada dirinya sendiri.

Bab : Pernyataan Allah "Baik kamu (Muhammad ﷺ ) memintakan ampun bagi mereka (orang-orang munafik) atau tidak memintakan ampun bagi mereka, (bahkan) jika kamu memintakan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan mengampuni mereka..." (QS. At-Taubah: 80)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

Ketika Abdullah bin Ubai meninggal, putranya Abdullah bin Abdullah datang kepada Rasulullah ( ﷺ ) dan meminta agar ia memberikan bajunya untuk menutupi ayahnya. Rasulullah memberikan bajunya dan Abdullah meminta Rasulullah ( ﷺ ) untuk melaksanakan salat jenazah untuknya (ayahnya). Rasulullah ( ﷺ ) bangkit untuk melaksanakan salat jenazah untuknya, namun Umar juga bangkit dan memegangi kain Rasulullah ( ﷺ ) dan berkata, "Wahai Rasulullah ( ﷺ ) Apakah engkau akan melaksanakan salat jenazah untuknya, padahal Tuhanmu telah melarangmu untuk melaksanakan salat untuknya?" Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, "Namun Allah telah memberiku pilihan dengan berfirman: '(Apakah kamu) memohon ampunan bagi mereka, atau tidak memohon ampun bagi mereka; meskipun kamu memohon ampun bagi mereka tujuh puluh kali..' (9.80) maka aku akan memohon lebih dari tujuh puluh kali." Umar berkata, "Namun dia (`Abdullah bin 'Ubai) adalah seorang munafik!" Namun, Rasulullah ( ﷺ ) melaksanakan salat jenazah untuknya, kemudian Allah berfirman: 'Dan sekali-kali (wahai Muhammad) tidak mendoakan seorang pun dari mereka yang meninggal, dan tidak berdiri di dekat kuburnya.' (9.84)

Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab

Ketika Abdullah bin Ubai bin Salul meninggal, Rasulullah ( ﷺ ) dipanggil untuk melaksanakan salat jenazahnya. Ketika Rasulullah ( ﷺ ) berdiri (untuk melaksanakan salat), aku melompat ke arahnya dan berkata, "Wahai Rasulullah ( ﷺ )! Apakah engkau melaksanakan salat untuk Ibnu Ubai meskipun ia mengucapkan kalimat fulan pada hari fulan?" Aku terus menyebutkan ucapannya. Rasulullah ( ﷺ ) tersenyum dan berkata, "Jauhilah aku, wahai Umar!" Namun ketika aku berbicara terlalu banyak kepadanya, ia berkata, "Aku telah diberi pilihan, dan aku telah memilih (ini); dan seandainya aku tahu bahwa jika aku memohon ampun untuknya lebih dari tujuh puluh kali, ia akan diampuni, aku akan memohon ampun lebih banyak dari itu." Maka Rasulullah ( ﷺ ) pun melaksanakan salat jenazah untuknya, kemudian berangkat. Namun, tidak lama kemudian turunlah dua ayat dari Surat Bara'a, yakni: "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mendoakan salah seorang di antara mereka yang meninggal dunia... dan kamu meninggal dalam keadaan durhaka." (9.84) Kemudian aku merasa heran dengan keberanianku berbicara seperti itu kepada Rasulullah ( ﷺ ), padahal Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.

Bab : Firman Allah: "Dan sekali-kali kamu (Muhammad ﷺ ) tidak mendoakan (shalat jenazah) bagi seorang pun yang mati di antara mereka (orang-orang munafik) dan tidak (pula) kamu berdiri di samping kuburnya." (QS. At-Taubah: 84)

Diriwayatkan oleh Ibnu Umar

Ketika Abdullah bin Ubai meninggal, putranya Abdullah bin Abdullah datang kepada Rasulullah ( ﷺ ) yang kemudian memberikan bajunya dan memerintahkannya untuk mengkafani ayahnya dengan baju tersebut. Kemudian, ia berdiri untuk melaksanakan shalat jenazah, tetapi Umar bin Khattab memegang bajunya dan berkata, "Apakah kamu akan melaksanakan shalat jenazahnya, padahal dia seorang munafik dan Allah telah melarangmu untuk memohon ampun bagi orang munafik?" Nabi ( ﷺ ) bersabda, "Allah telah memberiku pilihan (atau Allah telah memberitahuku) dengan bersabda: "Apakah kamu, wahai Muhammad, memohon ampun bagi mereka, atau tidak memohon ampun bagi mereka, bahkan jika kamu memohon ampun bagi mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan mengampuni mereka," (9.80). Kemudian dia menambahkan, "Aku akan (memohon kepada Allah demi dia) lebih dari tujuh puluh kali." Maka Rasulullah ( ﷺ ) pun mendoakan jenazahnya dan kami pun mendoakannya bersama-sama. Kemudian Allah berfirman: "Dan sekali-kali, wahai Muhammad, janganlah kamu mendoakan (salat jenazah) bagi seorang pun di antara mereka yang meninggal, dan janganlah kamu berdiri di dekat kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan durhaka." (9.84)

Bab : Firman Allah: "Mereka akan bersumpah dengan nama Allah kepadamu (umat Islam) ketika kamu telah kembali kepada mereka, agar kamu berpaling dari mereka..." (QS. At-Taubah: 95)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ka`b

Aku mendengar Ka'b bin Malik ketika dia tinggal di belakang dan tidak ikut (perang) Tabuk berkata, "Demi Allah, tiada nikmat yang Allah berikan kepadaku, selain hidayah-Nya kepadaku, yang lebih baik daripada pertolongan-Nya kepadaku untuk berkata benar kepada Rasulullah ( ﷺ ). Jika tidak demikian, niscaya aku telah berdusta kepada Rasulullah ( ﷺ ), dan aku akan binasa seperti orang-orang yang berdusta ketika wahyu telah diturunkan: "Demi Allah, mereka akan bersumpah kepadamu (kaum Muslimin) ketika kamu kembali kepada mereka, yaitu kaum yang fasik." (QS. At-Taubah: 95-96)

Bab : Pernyataan Allah “Dan (ada) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka…” (QS. 9:102)

Diriwayatkan oleh Samura bin Jundab

Rasulullah ( ﷺ ) bersabda, "Malam ini dua orang (pengunjung) datang kepadaku (dalam mimpiku) dan membawaku ke sebuah kota yang dibangun dengan batu bata emas dan batu bata perak. Di sana kami bertemu dengan laki-laki yang separuh tubuhnya tampak seperti manusia paling tampan yang pernah kamu lihat, dan separuhnya lagi tampak seperti manusia paling jelek yang pernah kamu lihat. Kedua pengunjung itu berkata kepada laki-laki itu, 'Pergilah dan celupkan dirimu ke dalam sungai itu.' Maka mereka pun mencelupkan diri ke dalamnya, kemudian datang kepada kami, kejelekan mereka telah lenyap dan mereka berada dalam bentuk yang paling tampan. Pengunjung itu berkata, 'Yang pertama adalah Taman Eden dan itulah tempat tinggalmu.' Kemudian mereka menambahkan, 'Adapun orang-orang yang separuh jelek dan separuh tampan itu, mereka adalah orang-orang yang mencampur amal baik dan amal buruk, tetapi Allah mengampuni mereka.'

Bab : Firman Allah “Tidaklah patut bagi Nabi ( ﷺ ) dan orang-orang yang beriman memohonkan ampunan Allah bagi orang-orang musyrik …” (QS. ﷺ -Taubah: 113)

Diriwayatkan oleh Al-Musaiyab

Ketika ajal Abu Thalib semakin dekat, Nabi ( ﷺ ) mendatanginya, sementara Abu Jahal dan `Abdullah bin Abi Umaiya hadir bersamanya. Nabi ( ﷺ ) berkata, "Wahai paman, katakanlah: Tidak ada yang berhak disembah selain Allah, agar aku dapat membela perkaramu di hadapan Allah." Mendengar itu, Abu Jahal dan `Abdullah bin Abu Umaiya berkata, "Wahai Abu Thalib! Apakah kamu ingin meninggalkan agama `Abdul Muttalib?" Kemudian Nabi berkata, "Aku akan terus memohon (Allah) ampunan untukmu, kecuali jika aku dilarang melakukannya." Kemudian diturunkanlah:-- 'Tidaklah pantas bagi Nabi ( ﷺ ) dan orang-orang yang beriman untuk memohon (Allah) ampunan bagi orang-orang kafir, meskipun mereka adalah kerabat, setelah jelas bagi mereka bahwa orang-orang kafir itu adalah penghuni neraka.' (9.113)

Bab : Pernyataan Allah “Allah telah mengampuni dosa-dosa Nabi, kaum Muhajirin dan kaum Ansar...” (QS. At-Taubah: 117)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ka`b

Aku mendengar Ka`b bin Malik berbicara tentang ayat:-- 'Dan kepada tiga orang (Allah juga mengampuni) yang tertinggal.' (9.118) mengatakan di bagian akhir pembicaraannya, "(Aku berkata), 'Sebagai bagian (tanda) pertobatanku, aku ingin menyerahkan semua hartaku di jalan Allah dan Rasul-Nya,' Nabi ( ﷺ ) berkata kepadaku, 'Simpanlah sebagian dari hartamu karena itu baik untukmu.' (Kepada tiga orang (Allah juga mengampuni) yang tertinggal hingga bagi mereka bumi, seluas apa pun itu, menjadi sempit..." (9.118)

Bab : Dan (Allah pun mengampuni) ketiga orang itu, hingga bumi yang luas itu menjadi sempit bagi mereka..." (QS. At-Taubah: 118)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ka`b

Aku mendengar Ka'b bin Malik, salah seorang dari tiga orang yang diampuni, berkata bahwa dirinya tidak pernah tinggal di belakang Rasulullah ( ﷺ ) dalam satu Ghazwa yang pernah diperjuangkannya, kecuali dua Ghazwa, yaitu Ghazwatul-`Usra (Tabuk) dan Ghazwatul-Badr. Beliau menambahkan. “Aku memutuskan untuk menyampaikan kebenaran kepada Rasulullah ( ﷺ ) di waktu pagi, dan hampir tidak pernah beliau kembali dari perjalanan yang telah ditempuhnya, kecuali di waktu pagi, beliau akan pergi ke masjid terlebih dahulu dan melaksanakan salat dua rakaat. Rasulullah ( ﷺ ) melarang orang lain untuk berbicara kepadaku atau kepada kedua sahabatku, tetapi beliau tidak melarang berbicara kepada siapa pun yang tertinggal kecuali kami. Maka orang-orang pun menghindar untuk berbicara kepada kami, dan aku tetap dalam keadaan seperti itu hingga aku tidak sanggup lagi, dan satu-satunya yang membuatku khawatir adalah bahwa aku mungkin akan meninggal dan Rasulullah ( ﷺ ) tidak akan melaksanakan salat jenazah untukku, atau Rasulullah ( ﷺ ) mungkin akan meninggal dan aku akan ditinggalkan dalam status sosial seperti itu di antara orang-orang, di mana tidak seorang pun akan berbicara kepadaku atau melaksanakan salat jenazah untukku. Akan tetapi, Allah telah menurunkan ampunan-Nya kepada kami kepada Rasulullah ( ﷺ ) di sepertiga malam terakhir ketika Rasulullah ( ﷺ ) sedang bersama Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata, Salama turut merasakan kesedihanku dan menolongku saat aku dalam musibah itu. Rasulullah ( ﷺ ) berkata, "Wahai Ummu Salama! Ka`b telah diampuni!" Ummu Salama berkata, "Haruskah aku mengutus seseorang untuk menyampaikan kabar gembira itu kepadanya?" Beliau berkata, "Jika kamu melakukannya, niscaya orang-orang tidak akan membiarkanmu tidur sepanjang malam." Maka ketika Nabi ( ﷺ ) telah melaksanakan shalat Subuh, beliau mengumumkan ampunan Allah bagi kami. Wajah beliau selalu tampak secerah bulan purnama setiap kali beliau berkenan. Ketika Allah menurunkan ampunan-Nya bagi kami, kami adalah tiga orang yang perkaranya telah ditangguhkan sementara alasan yang dikemukakan oleh orang-orang yang telah meminta maaf telah diterima. Akan tetapi ketika disebutkan orang-orang yang telah mengatakan dusta kepada Nabi ( ﷺ ) dan tetap tinggal di belakang (perang Tabuk) serta telah memberikan alasan-alasan yang palsu, maka mereka digambarkan dengan gambaran yang lebih buruk dari yang dapat digambarkan. Allah berfirman: "Mereka akan mengemukakan alasan-alasan mereka kepadamu (umat Islam) ketika kamu telah kembali kepada mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu mengemukakan alasan-alasan; kami tidak akan mempercayaimu. Allah telah memberitahukan kepada kami tentang keadaan sebenarnya dari masalah-masalah yang menimpa kamu. Allah dan Rasul-Nya akan memperhatikan perbuatan-perbuatanmu." (9.94)

Bab : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (perkataan dan perbuatannya)." (QS. At-Taubah: 119)

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ka`b

Aku mendengar Ka`b bin Malik bercerita tentang kisah perang Tabuk ketika ia masih di belakang, "Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang pun yang Allah bantu untuk mengatakan kebenaran lebih banyak daripada aku sejak aku menyampaikan kebenaran itu kepada Rasulullah ( ﷺ ) sampai hari ini, aku tidak pernah bermaksud untuk berdusta." Dan Allah mewahyukan kepada Rasul-Nya: "Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa Nabi, orang Muhajirin............ dan jadilah ia bersama orang-orang yang benar (dalam perkataan dan perbuatan)." (9.117-119) (Lihat Hadits No. 702 Jilid 5).

Bab : Firman Allah "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad ﷺ ) dari kalangan kamu sendiri (yang kamu kenal baik). Sungguh menyedihkan baginya bahwa kamu mendapat suatu musibah atau kesulitan..." (QS. At-Taubah: 128)

Diriwayatkan Zaid bin Tsabit Al-Anshari

yang merupakan salah seorang yang biasa menulis Wahyu Ilahi: Abu Bakar mengirim utusan kepadaku setelah (banyak) korban di antara para pejuang (pertempuran) Yamama (di mana sejumlah besar Qurra' terbunuh). `Umar hadir bersama Abu Bakar yang berkata, `Umar telah datang kepadaku dan berkata, Orang-orang telah menderita banyak korban pada hari (pertempuran) Yamama, dan aku khawatir akan ada lebih banyak korban di antara Qurra' (orang-orang yang hafal Al-Qur'an) di medan perang lainnya, di mana sebagian besar Al-Qur'an akan hilang, kecuali kamu mengumpulkannya. Dan aku berpendapat bahwa kamu harus mengumpulkan Al-Qur'an." Abu Bakar menambahkan, "Aku berkata kepada `Umar, 'Bagaimana aku bisa melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan Rasulullah?' `Umar berkata (kepadaku), 'Demi Allah, itu (sungguh) hal yang baik.' Maka Umar terus mendesak, berusaha membujukku untuk menerima usulannya, hingga Allah melapangkan dadaku untuk itu dan aku pun sependapat dengan Umar." (Zaid bin Tsabit menambahkan:) Umar duduk bersamanya (Abu Bakar) dan tidak berbicara. "Engkau adalah seorang pemuda yang bijaksana dan kami tidak mencurigaimu (berbohong atau lupa): dan engkau biasa menulis Wahyu Ilahi untuk Rasulullah ( ﷺ ). Karena itu, carilah Al-Qur'an dan kumpulkanlah (dalam satu manuskrip). " Demi Allah, seandainya dia (Abu Bakar) memerintahkanku untuk menggeser salah satu gunung (dari tempatnya) itu tidak akan lebih sulit bagiku daripada apa yang telah dia perintahkan kepadaku tentang pengumpulan Al-Qur'an. Aku berkata kepada keduanya, "Beranikah kalian melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh Nabi?" Abu Bakar berkata, "Demi Allah, itu (sungguh) hal yang baik. Maka aku terus berdebat dengannya tentang hal itu hingga Allah melapangkan dadaku untuk apa yang telah Dia bukakan untuk dada Abu Bakar dan `Umar. Maka aku mulai mencari bahan Al-Qur'an dan mengumpulkannya dari perkamen, tulang belikat, tangkai daun kurma dan dari ingatan orang-orang (yang hafal). Aku temukan pada Khuza`ima dua Ayat Surat-at-Tauba yang belum pernah aku temukan pada orang lain, (dan itu adalah):-- "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari antara kamu sendiri. Ia bersedih hati bahwa kamu akan menerima suatu cedera atau kesulitan. Ia (Muhammad) sangat cemas atas kamu (untuk dibimbing dengan benar)" (9.128) Naskah yang menjadi dasar pengumpulan Al-Qur'an, tetap berada pada Abu Bakar hingga Allah membawanya kepada-Nya, dan kemudian pada `Umar hingga Allah membawanya kepada-Nya, dan akhirnya tetap berada pada Hafsa, putri `Umar.

Bab

Bab : "Dan Kami biarkan Bani Israel menyeberangi laut, lalu Fir'aun dan bala tentaranya mengikuti mereka dengan penuh kezaliman dan permusuhan, hingga tatkala ia hampir tenggelam, ia berkata: "Sesungguhnya aku beriman kepada La ilaha jaib (tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain) Allah yang dipercayai oleh Bani Israel, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 90)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

Ketika Nabi ( ﷺ ) tiba di Madinah, kaum Yahudi sedang berpuasa pada hari 'Asyura' (10 Muharram) dan mereka berkata, "Ini adalah hari ketika Nabi Musa menang atas Fir'aun." Mendengar itu, Nabi ( ﷺ ) berkata kepada para sahabatnya, "Kalian (umat Islam) lebih berhak merayakan kemenangan Nabi Musa daripada mereka, maka berpuasalah pada hari ini."